Ketua Dewan Adat Sentani Sebut Daun Sagu Punya Nilai Histori Untuk Masyarakat Sentani

September 14, 2021
Selasa, 14 September 2021


JAYAPURA, BHINNEKANEWS71.Com - Hutan sagu di Sentani sangat luas sejak tahun 1970 sampai 1980 masih utuh, di seputaran Sentani ini hutan sagu masih alami dan semasa itu tidak disentuh oleh pembangunan.

Namun setelah terjadi pemekaran dari kota Jayapura ke Sentani menjadi kabupaten jayapura disitulah mulai terasa perkembangan tersentuh oleh pembangunan sehingga  hutan sagu mulai terkikis secara perlahan lahan, Selasa (14/9). 

Menurut Orgenes Kaway, Ketua Dewan Adat Sentani (DAS) masyarakat Sentani sendiri tidak pernah menjual hutan sagu. 

Tapi ketika pembangunan itu masuk mulai dari Abe ke Waena dari Waena ke kampung harapan dan ke Sentani terus sampai ke Kemiri, Doyo, Sabron dan Maribu Perkembangan kemajuan pembangunan berjalan,"Urainya.

Ini tidak diukur dari berapa besarnya pemerintah dan berapa banyaknya PNS tapi bagaimana mau merubah lingkungan supaya masyarakat mengalami perubahan dalam hal perkembangan ekonomi sehingga terjadilah perubahan pembangunan.

Lihat Kota Sentani ini bukan lahan kosong tapi hutan sagu toh dari timur sampai ke barat, suka dan tidak suka dengan hadirnya pembangunan luas hutan sagu mulai tidak ada ruang lagi, Sehingga hutan pohon sagu yang tertinggal saat ini diseputaran Sentani timur itu hanya telaga riya, khalkote dan dapur Papua netar jadi kita lihat  wilayah Sentani timur pohon sagu sudah sedikit,"Ujarnya.

Jika kita lihat hutan pohon sagu ini sebenarnya bukan rakyat yang merusak, tapi kembali Lagi kepada pemerintah untuk bagaimana memperhatikan hutan sagu yang seharusnya menjadi daerah konservasi harus dilindungi dan dirawat. 

Karena sagu ini mempunyai nilai histori yang hanya di pakai oleh orang sentani ketika mereka mau membuat acara pelantikan Ondoafi, seperti pucuk batang daun  sagu itu di tanam menjadi lingkaran dan diikat menggunakan gelang batu, Jelasnya. Jika lingkaran itu secara adat jika tidak dipasang gelang batu maka di katakan tidak sah.

Jadi pelantikan Ondoafi lambang daun sagu itulah nilai historinya bagi orang sentani kemudian bicara tentang  pohon sagu dia diatas rawa dan akarnya tumbuh ke bawah permukaan air untuk menahan berdirinya pohon sehingga angin pun dia tetap berdiri kokoh

Hari ini lahan yang kita harapkan sekarang sudah berubah menjadi lahan pembangunan jadi bisa dikatakan bukan daun atap lagi tapi daun seng yang ada dihutan.

ini fakta dilapangan pohon sagu tetap akan habis bagaimanapun upaya pemerintah untuk membudidayakan pohon sagu khusus di daerah Sentani tidak akan bisa  karena jika pohon sagu bisa tumbuh di gunung maka bisa di Budi dayakan jika tidak bisa maka habislah pohon sagu yang ada didataran  Sentani oleh perubahan pembangunan," Tegasnya 

Kepada masyarakat adat kepala suku Ondoafi yang masih ada lahannya yang belum disentuh seperti toware dan khususnya Sentani barat kita melihat pengalaman dari Sentani timur menjadi pelajaran. 

Saya berharap hutan pohon sagu yang ada kita jaga bersama  karena sudah mulai habis hutan pohon sagu di tempati oleh perkembangan pembangunan. 

Kita masih mempunyai peluang untuk wilayah kehiran dan Sentani barat apabila wilayah Sentani timur hutan pohon sagunya habis maka diwilayah kita masih ada pohon sagu," Sambung

Orgenes Kaway menambahkan untuk pengembangan pohon sagu saranya (OK) ke wilayah toware sangat bagus untuk di kembangkan," Paparnya.

(Yakonias Mofu) 

Thanks for reading Ketua Dewan Adat Sentani Sebut Daun Sagu Punya Nilai Histori Untuk Masyarakat Sentani | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

Related Posts

Show comments
Hide comments

0 komentar on Ketua Dewan Adat Sentani Sebut Daun Sagu Punya Nilai Histori Untuk Masyarakat Sentani

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *