Literasi: Pojok Baca dan Arisan Buku

Desember 02, 2021
Kamis, 02 Desember 2021

 




Oleh: Fikri Aresti, S.Pd. Guru Bahasa Indonesia SMPN 3 Rokan IV Koto, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau

ROKAN HULU, BHINNEKANEWS71.Com -- Jika buku adalah jendela dunia, membaca adalah kunci untuk membuka jendela itu. Artinya tanpa membaca kita tidak akan pernah mengetahui isi dari sebuah buku. Buku menjadi tidak berarti tanpa pernah dibaca. Buku baru menjadi berarti jika kita pernah membacanya.

Persoalan membaca memang menjadi perkara yang pelik bagi bangsa kita. Kita boleh berbangga diri bahwa pemberantasan buta aksara telah berhasil di negara ini.  Akan tetapi, ada hal yang menakutkan bagi kita yaitu kemampuan membaca di negara kita masih sangat rendah. Dibandingkan dengan negara-negara tetangga, kemampuan membaca negara kita tergolong rendah. Hal senada juga diungkapkan oleh Tere Liye dalam surat terbuka untuk calon presiden republik Indonesia. 

Di dalam surat itu beliau memaparkan secara gamblang bahwa siswa SD/ SMP/ SMA/ atau sederajat hanya bisa ‘sekadar membaca’. Bahkan siswa  tidak mampu memahami bacaan, tidak bisa membuat kesimpulan, tidak mampu mencari ide pokok tulisan, bahkan tidak bisa membedakan apakah tulisan yang dibacanya mengandung kebenaran atau hoax. Tentu kondisi ini menjadi fokus bagi kami sebagai guru bahasa Indonesia di sekolah menengah pertama.

Persoalan di atas juga kami rasakan ketika kegiatan belajar mengajar di kelas. Pada umumnya siswa hanya mampu ‘sekadar membaca’. Ketika ditanya maksud yang dibaca maka mereka menjawab tidak tahu. Tentu saja persoalan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Pada tulisan ini kami akan mencoba memberikan pandangan agar minat baca  dikalangan siswa bisa meningkat.



 Pojok Baca di Dalam Kelas

Jika dianalisis buku bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 yang dipakai sebagai buku wajib di sekolah, buku ini telah memberikan peluang untuk kegiatan literasi (baca membaca buku). Pada setiap tingkat telah diberikan materi tentang literasi bagi siswa. Di kelas VII siswa diberikan pemahaman awal tentang buku fiksi dan nonfiksi. Pada tingkat ini siswa hanya dituntut untuk mampu membuat ringkasan dan komentar. Ketika di kelas VIII kemampuan membaca siswa lebih dikembangkan. Pada tingkat ini siswa dituntut menemukan ide dari buku fiksi dan nonfiksi. 

Pada kelas IX porsi untuk kegiatan literasi lebih ditingkatkan kuantitasnya. Artinya jika di kelas tujuh siswa dituntut untuk meringkas dan menemukan ide pokok maka di kelas IX dituntut untuk membuat laporan bacaan. Di awal pembelajaran siswa dituntut untuk membuat laporan buku fiksi dan nonfiksi. Setiap bab di kelas IX siswa diwajibkan untuk membaca dan membuat laporan bacaan buku kumpulan cerpen, antologi puisi, buku yang memotivasi, dan lain sebagainya.

Hal ini menunjukkan bahwa sistem yang dibangun untuk membudayakan kegiatan literasi pada buku bahasa Indonesia kurikulum 2013 telah dirancang secara baik. Hanya saja hal yang baik jika tidak dilaksanakan dengan baik dan benar tentu tidak akan memberikan dampak apa-apa. Agar rancangan yang telah dirancang dapat berjalan dengan baik maka perlu strategi yang baik pula untuk bisa memotivasi semangat membaca siswa.

Salah satu strategi yang dapat diterapkan agar siswa termotivasi untuk membaca adalah membuat pojok baca di dalam kelas. Strategi ini diterapkan dengan cara mewajibkan siswa untuk membaca satu buku fiksi/ non fiksi ketika berada di kelas selama lima belas menit sebelum pembelajaran dimulai. Pojok Baca tentu perlu dirancang seindah dan semenarik mungkin agar menimbul minat bagi siswa untuk membaca. Buku-buku yang ada di pojok baca juga harus dilengkapi. Ketika pojok baca sudah tersedia di kelas diharapkan siswa membaca buku di waktu jam istirahat sekolah. 



 Arisan Buku

Program ini tentu sangat menarik untuk diterapkan di sekolah. Biasanya siswa juga melakukan arisan dalam bentuk uang tunai. Mereka biasanya memilih satu teman untuk menjadi ketua arisan. Arisan tersebut biasanya dibagi seminggu sekali. Kebiasaan ini jika diadopsi ke program arisan buku tentu sangatlah bermanfaat bagi siswa. Siswa yang biasanya dapat arisan mendapatkan uang sekarang diganti dengan mendapatkan buku.

Keterlibatan wali kelas dalam program ini sangat diperlukan. Wali kelas harus memantau kegiatan arisan secara periodik. Agar buku yang dibeli buku berkualitas dan orisinal maka arisan dibagikan sekali dalam sebulan atau dua kali dlam sebulan. Jika seluruh siswa ikut dalam kegiatan arisan buku maka mereka akan mendapat satu buku selama kegiatan arisan dilaksanakan. Buku yang telah didapat ketika arisan diwajibkan kepada siswa membaca buku tersebut secara tuntas.  Siswa membuat laporan bacaan tentang buku tersebut di akhir semester. Guru akan mengontrol perkembangan membaca siswa dari buku catatan kontrol membaca siswa.

Program pojok baca dan arisan buku ini sudah pernah kami lakukan di SMP Negeri 4 Tambusai Utara. Setiap kelas memiliki pojok baca di sudut depan kelas. Di pojok baca tersebut tersedia buku-buku bacaan yang dipinjam dari perpustakaan sekolah. Tempat membaca di pojok baca pun dihiasi dengan bunga dan lukisan yang memberi semangat. Kebersihan pojok baca selalu dijaga agar muncul kenyamanan ketika membaca. Siswa selalu memanfaatkan pojok baca untuk mencari informasi maupun membaca sebagai suatu hiburan.

Program arisan buku juga telah diterapkan di SMP Negeri 4 Tambusai Utara. Kegiatan ini hanya difokuskan kepada kelas IX dengan pertimbangan karena sudah matang dalam proses manejemen keuangan. Kegiatan ini bisa dikatakan sukses dilaksanakan. Siswa sangat antusias ketika menerima buku ketika arisan. Laporan kegiatan membaca buku pun dibuat dengan baik oleh siswa. Guru bahasa Indonesia dan wali kelas memantau dan mengevaluasi laporan membaca siswa.

Pada awalnya tentu siswa akan merasa ‘terpaksa’ dalam membaca. Bahkan siswa akan merasa aneh untuk menjalankan program ini. Oleh karena itu, sebagai suatu pembiasaan pojok baca dan arisan buku harus tetap diawasi dan dievaluasi.  Akhirnya diharapkan guru bisa melaksanakan tuntutan yang dirancang oleh buku bahasa Indonesia yakni setiap bab siswa harus membuat komentar dan laporan bacaan tentang buku fiksi dan nonfiksi.

Pada akhirnya, jika membaca telah menjadi kebiasaan maka buku dengan sendirinya akan dibaca oleh siswa. Meskipun pembiasaan itu dimulai dengan keterpaksaan; meskipun dimulai dengan suatu keanehan; meskipun dimulai dengan susah payah namun harapannya adalah meningkatnya kemampuan membaca siswa. Ketika siswa sudah membaca maka mereka akan paham, ketika mereka sudah paham maka mereka akan tahu dan kaya akan ilmu. Melalui membiasakan membaca kita telah berhasil mengurangi kemiskinan dan kebodohan ilmu terhadap siswa. Semoga dengan membaca mereka akan menjadi pribadi yang kaya. Meskipun bukan kaya harta tetapi kaya pengetahuan dan kepribadian. (AS)

Thanks for reading Literasi: Pojok Baca dan Arisan Buku | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

Related Posts

Show comments
Hide comments

0 komentar on Literasi: Pojok Baca dan Arisan Buku

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *