Kota Bogor - Tuhan memberikan akal budi dan kekuatan untuk mengusahakan dan memelihara bumi. Hal ini terbukti dengan kemampuan Adam dalam mengelola taman Eden pada Kejadian 2.
Kemampuan yang sama juga dimiliki oleh keturunan, Kain sebagai petani dan Habel sebagai peternak. Selanjutnya diteruskan oleh kisah-kisah di perjanjian lama dan baru mengenai manusia mengusahakan dan memelihara hewan dan tumbuhan.
Contohnya ada kisah Abraham dan Yakub memiliki ternak dalam jumlah banyak, Ishak yang berhasil memanen ladangnya seratus kali lipat, Yusuf mengatur tujuh tahun kelimpahan dengan menimbun hasil panen di lumbung-lumbung Mesir, Elisa yang mengirik ladangnya dengan lembu serta kisah lainnya. Sayangnya tugas awal diberikan Tuhan kepada Adam dan keturunannya tersebut menjadi sulit. Hal ini tidak dikarenakan kurangnya kekuatan atau kemampuan yang diilhamkan oleh Tuhan, tetapi karena dosa. Sejak manusia pertama tidak dapat membendung keinginannya untuk menjadi sama dengan Tuhan, sehingga mereka melanggar aturan untuk tidak memakan buah pohon pengetahuan, menyebabkan bumi ini dikutuk oleh Tuhan. Tentu kutukan tersebut berlaku hingga akhir zaman. Dosa mengakibatkan manusia sulit mengakses kemampuan yang seharusnya dimiliki untuk mengelola bumi ini dengan baik dan benar. Sekalipun manusia berupaya dengan sungguh-sungguh mengusahakan bumi namun tanah menghasilkan semak duri dan manusia akan bersusah payah mencari rejeki, tepat seperti kutukan yang disampaikan pada kitab Kejadian 3:17-18. Manusia lebih mudah mengeksplor keinginan hatinya untuk berkuasa menurut pandangannya sendiri. Manusia mulai mengeksplor isi laut dengan mengambil apa yang diinginkan tanpa mempertimbangkan keseimbangan alam dalam jangka waktu tertentu.
Petani menggunakan pestisida pada tanah, pengusaha membangun pabrik dengan berbagai teknologi canggih, kendaraan bermotor bertebaran dimana – mana, dan masih banyak lainnya. Semakin IPTEK berkembang, semakin banyak sampah yang dihasilkan juga banyak terjadi pencemaran. Kita tahu bersama bahwa kejadian ini mempunyai asal muasal dari dosa. Yehezkiel 15:8 mengatakan ketidaksetiaan manusia kepada Tuhan membuat tanah dikutuk menjadi gurun. Jelas Allah sedang mengajarkan manusia untuk kembali berbalik kepadaNya, berjalan menuju tujuan awal penciptaan manusia. Jika kita mengaku dosa dan hidup setia kepadaNya, sudah pasti Tuhan akan memulihkan tanah/bumi yang kita pijak. Tuhan ingin manusia kembali kepada original design, sehingga bumi pun dipulihkan keadaannya.
Semua orang bisa menyelamatkan bumi melalui kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan di rumah masing-masing. Skalanya memang kecil, tapi jika dilakukan bersama-sama, efeknya tentu akan menjadi besar. Namun untuk menjadi konsisten, hanya orang-orang yang dilahirkan kembali dan memiliki Roh ketertibanlah yang memberi kekuatan agar manusia dapat mengupayakan keselamatan alam ini. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam rangka menyelamatkan bumi antara lain:
Meminimalkan sampah dengan 3R
Salah satu kebiasaan baik yang perlu dibangun di tengah masyarakat adalah memilah sampah seperti yang telah sering digadang oleh pemerintah. Kegiatan memilah sampah sesuai jenisnya akan memudahkan kita untuk melakukan 3 R (reduce, reuse, recycle). Kebiasaan menggunakan wadah dan pembungkus plastik sekali pakai memang harus dikurangi. Benda ini kita pakai sebentar, tetapi butuh puluhan bahkan ratusan tahun untuk terurai. Beberapa kota termasuk Bogor, telah mencanangkan program tanpa plastik. Khusus daerah Bogor disebut sebagai BOTAK Bogor
Tanpa Plastik.
Tumpukan sampah plastik dapat mengendap di dasar lautan dan air. Kondisi ini dalam jangka panjang, dapat membahayakan kesehatan kita sendiri melalui konsumsi makanan laut. Tidak hanya itu, hewan dan tumbuhan laut akan menjadi sasaran utama kerusakan akibat sampah plastik. Oleh karena itu, kurangi sampah plastik dengan membawa tas belanja dari kain saat berbelanja sangat membantu menjaga bumi. Hal lain yang dapat kita lakukan antara lain memilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang, hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar, menggunakan produk yang dapat diisi ulang (refill), menggunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat, menggunakan sapu tangan dari pada menggunakan tissu, enggunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis, melakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos, atau pengolahan sampah non organik menjadi barang yang bermanfaat dan bahkan memiliki nilai jual.
Menghijaukan lingkungan dengan tanaman hijau
Kita juga bisa membangun kebiasaan menanam sebatang pohon di halaman rumah. Jika tidak ada lahan kosong, peliharalah tanaman di dalam pot atau berkebunlah secara hidroponik (menggunakan medium air). Lingkungan tempat tinggal pasti akan lebih asri dan segar dengan keberadaan tanaman hijau. Tanaman hias menambah keindahan rumah dan menyegarkan mata, sementara tanaman pangan seperti cabai, jahe, kunyit, atau sayuran bisa menjadi penyedia bahan masakan. Tak hanya menjadikan Anda hemat, hasil kebun sendiri tentunya lebih sehat dan bersih. Kehadiran tanaman hijau akan mengurangi pemanasan global.
Menghemat energi
slogan “hemat energi, hemat biaya” sering diungkapkan oleh orang tua dan guru. Tak jarang di beberapa tempat seperti perkantoran atau tempat umum lainnya didapati tulisan tersebut. Slogan ini terlihat sepele namun jika dilaksanakan dapat menjaga bumi dari eksploitasi sumber daya energi yang berlebihan. Kebiasaan untuk matikan alat elektronik atau aliran air saat tidak digunakan, sudah tentu akan mengurangi biaya pengeluaran bulanan kita.
Ketiga langkah tersebut di atas, sering sekali kita jumpai dalam iklan di televisi, di jalan, bahkan kita dengar dari penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh instansi sekolah dan pemerintah. Bahkan saat ini, seluruh dunia bersepakat memperingati hari lingkungan Hidup Sedunia setiap 5 Juni untuk menjaga kelestarian alam. Pemerintah Indonesia secara khusus bidang Pendidikan merilis sebuah program guna membangkitkan generasi muda yang peduli akan alam sejak dini.
Program tersebut adalah Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau disingkat menjadi P5. Salah satu tema dalam P5 mengangkat tentang menyelamatkan bumi. Peserta didik melalui tema ini diharapkan mencapai tahap mengenal, mengidentifikasi, merumuskan, dan menemukan solusi untuk lingkungan dan alam sekitarnya secara kreatif, mandiri, dan bergotong royong agar tercipta suatu kehidupan yang berkelanjutan. Anak-anak sejak dini mulai dari TK hingga SMA diajar dan diajak untuk peduli dengan kondisi lingkungannya. Bagaimana tindakan pencegahan banjir, menjaga lingkungan tetap sehat, menghasilkan karya dari barang bekas dan sebagainya. Kita sebagai orang Kristen patut bersyukur atas intervensi Tuhan melalui program P5 yang sudah mulai dijalankan di sekolah-sekolah.
Hal ini berarti upaya mengusahakan dan menjaga bumi ciptaan Tuhan dapat dilakukan secara konkrit oleh manusia sejak dini, sejak masih kecil. Penting bagi kita mau ambil bagian dalam mendukung program pemerintah tersebut, terutama jika upaya menyelamatkan alam ini tidak bertentangan dengan Firman Tuhan. Bayangkan, seluruh elemen di Indonesia mulai dari anak-anak, orang muda, dewasa dan orang tua yang kembali kepada original design menyadari betapa hebatnya Allah membawa kita kembali mengerjakan tugas awal yang sudah seharusnya kita kerjakan. Tentu berkat Tuhan mengalir secara berlimpah atas tanah yang kita pijak, ata tempat ke mana kita ditempatkan oleh Tuhan. Mari alami pembaharuan akal budi dan kembali kepada original designNya.
Penulis Adalah Salah Satu Pendidik di Sekolah Tunas Pertiwi berbasis karakter dan layanan inklusi
Daftar Pustaka
Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia. Jakarta. 2022
https://dinaslingkunganhidup.kotabogor.go.id/index.php/post/single/259
Thanks for reading Penerapan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila | Tags: Kota Bogor headline News
« Prev Post
Next Post »
0 komentar on Penerapan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Posting Komentar