Oleh: Fitri Samila
Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNDHARI
Dharmasraya, www.bhinnekanews71.com
World Health Organization (WHO) menganggap junk food sebagai makanan yang rendah nilai gizinya dan tinggi dalam lemak jenuh, gula, garam, serta kalori. Konsumsi berlebihan junk food dapat meningkatkan risiko obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan masalah kesehatan lainnya. WHO mendorong untuk mengurangi konsumsi junk food dan mengadopsi pola makan seimbang yang kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan protein sehat.
Junk food adalah makanan cepat saji, istilah yang mendeskripsikan makanan yang tidak sehat atau memiliki sedikit kandungan nutrisi. Di era modern seperti saat ini dengan segala sesuatu yang serba praktis sering membuat masyarakat mengonsumsi makanan cepat saji secara terus-menerus.
Sekarang makanan ini sudah akrab di lidah masyarakat bahkan tidak sedikit yang mengonsumsinya sebagai santapan sehari-hari terutama mahasiswa. Ini bisa dilihat dengan banyaknya mahasiswa yang menghabiskan waktu santai mereka berkumpul bersama teman-temannya di restoran atau tempat makanan cepat saji lainnya.
Junk food sering menjadi pilihan cepat dan praktis bagi mahasiswa karena bisa disiapkan dengan mudah dan tidak memakan waktu. Selain itu, harganya pun terjangkau, cocok dengan anggaran mahasiswa yang terbatas. Namun, konsumsi berlebihan junk food bisa berdampak negatif terhadap kesehatan jangka panjang, seperti masalah kesehatan jantung dan obesitas. Sebagai alternatif, penting untuk mencari makanan cepat saji yang lebih sehat atau memasak makanan sendiri dengan bahan-bahan yang lebih seimbang gizinya.
Hal ini sangat disayangkan jika dikonsumsi oleh masyarakat apalagi generadi muda, dan mahasiswa karena junk food mengandung jumlah lemak yang besar, rendah serat, banyak mengandung garam, gula, zat aditif dan kalori tinggi tetapi rendah nutrisi, rendah vitamin, dan rendah mineral, sehingga dapat memicu segala macam penyakit berbahaya seperti hipertensi, diabetes, stroke, obesitas, jantung dan kanker.
Adapun jenis-jenis junk food yang sering dikonsumsi mahasiswa yaitu chicken, nugget, sosis, makanan gorengan, makanan yang banyak mengandung gula, makanan dari daging berlemak, dan makanan daging olahan. Bahkan partisipan yang diketahui makan junk food empat kali atau lebih perminggu, risiko kematian akibat serangan jantung meningkat hingga delapan puluh persen.
Ketika kita membahas kebiasaan makan junk food di kalangan mahasiswa, kita memasuki ranah di mana kenyamanan dan kecepatan seringkali mendahului kehati-hatian terhadap kesehatan. Di tengah kesibukan perkuliahan, tugas, dan aktivitas sosial, banyak mahasiswa merasa cenderung memilih makanan cepat saji dan camilan yang praktis, meskipun menyadari bahwa kebiasaan ini bisa memiliki dampak serius terhadap kesejahteraan mereka.
Salah satu alasan utama di balik prevalensi kebiasaan makan junk food di kalangan mahasiswa adalah keterjangkauan dan kecepatannya. Dalam waktu yang terbatas, opsi makanan instan atau siap saji dianggap sebagai solusi praktis untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari. Terlebih lagi, harga yang terjangkau membuat junk food menjadi pilihan yang menarik bagi mahasiswa dengan anggaran terbatas.
Meskipun memberikan kepuasan rasa yang cepat, makanan cepat saji dan camilan tidak sehat dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan jangka pendek. Mahasiswa yang mengandalkan junk food mungkin merasa kenyang untuk sementara, tetapi kekurangan nutrisi yang esensial dapat mengancam kesehatan mereka secara keseluruhan. Kebiasaan makan junk food tidak hanya berdampak pada kesehatan secara fisik, tetapi juga pada kesehatan mental. menciptakan lingkungan yang mendukung pilihan makanan sehat dapat memainkan peran kunci dalam mengubah kebiasaan makan mahasiswa.
Untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pilihan makanan sehat, mahasiswa dapat membentuk kebiasaan makan yang lebih baik yang akan mendukung kesehatan mereka sepanjang hayat. Itu semua memerlukan kesadaran, motivasi, dan dukungan dari seluruh komunitas kampus untuk membantu mahasiswa menjalani gaya hidup yang seimbang dan sehat.
Untuk mencegah konsumsi junk food, mahasiswa dapat mengambil beberapa langkah proaktif. Pertama, penting untuk merencanakan dan menyiapkan makanan sendiri dengan bahan-bahan yang sehat. Dengan memasukkan buah, sayur, dan sumber protein dalam menu harian, mahasiswa dapat mengurangi ketergantungan pada opsi makanan cepat saji yang kurang sehat. Selanjutnya, meningkatkan kesadaran akan dampak negatif junk food terhadap kesehatan dapat menjadi motivasi tambahan untuk beralih ke pilihan makanan yang lebih sehat.
Selain itu, membentuk kebiasaan membawa bekal atau camilan sehat dapat membantu menghindari godaan untuk membeli junk food di luar. Berpartisipasi dalam program edukasi gizi dan membagikan informasi dengan teman-teman juga dapat memperkuat kesadaran kolektif akan pentingnya makanan sehat. Dengan upaya sadar ini, mahasiswa dapat menjaga kesehatan mereka dan mencegah dampak negatif konsumsi berlebihan junk food.
Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan khususnya sebagai generasi bangsa diharapkan memiliki perilaku hidup yang sehat. Seseorang dikatakan sehat jika sehat fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Mari terapkan pola makan sehat untuk menciptakan diri yang sehat, sayangilah dirimu dengan makan makanan sehat. (AS)
Thanks for reading "Junk Food dan Mahasiswa: Dampaknya pada Kesehatan, Solusi dan Alternatif yang Lebih Sehat" | Tags: Dharmasraya Headline News Pendidikan
« Prev Post
Next Post »
0 komentar on "Junk Food dan Mahasiswa: Dampaknya pada Kesehatan, Solusi dan Alternatif yang Lebih Sehat"
Posting Komentar