Binjai, BhinnekaNews71.Com -- Seorang siswa sekolah dasar di Kota Binjai, Sumatera Utara, meninggal dunia diduga akibat dikeroyok sejumlah teman sekolahnya.
Anak berinisial MIA (11) itu meninggal dunia pada 23 Mei 2022.
Atas peristiwa tersebut, orangtua MIA, Santi Citra Dewi (37) menuntut keadilan dengan mendatangi kantor Kepolisian Resor (Polres) Binjai, Kamis (9/6/2022).
Sambil menggendong anak keduanya, Santi menceritakan hari-hari terakhir putranya sebelum meninggal.
Santi mengatakan, MIA awalnya tampak murung dan diam sepulang dari sekolah pada 21 Mei 2022. Ketika diajak makan, MIA menolak. Ia mengaku sedang tidak enak badan.
Orangtua MIA lantas membelikan obat ke apotek. Namun, kondisi MIA semakin parah. Ia mengalami muntah-muntah.
Saat diajak berobat oleh ayahnya, MIA menolak.
"Saya tanyakan kenapa muntah-muntah terus. Dia bilang tidak papa. Saya suap makanan, tapi kondisi tidak berdaya. Dia tetap tidak mau dibawa ke bidan," ujar Santi.
Tak makan selama dua hari, kondisi MIA semakin parah. Hingga akhirnya MIA meninggal dunia dalam pelukan orangtuanya.
Menurut Santi, keluarga menemukan luka lebam di tubuh MIA sewaktu memandikan jenazahnya.
"Begitu dimandikan punggungnya ada memar, dada memar merah kebiruan. Kuping juga terlihat biru," ungkapnya.
Awalnya, Santi tak curiga dengan luka lebam itu. Namun, beberapa saat seusai MIA dimakamkan, teman sekelasnya menemui Santi untuk membeli dagangan.
Waktu itu, bocah tersebut mengungkapkan bahwa MIA sempat dipukuli oleh enam murid laki-laki sekelasnya.
"Kawannya bilang, mau bicara tapi takut sama yang pukuli anak saya. Tapi saya tanya terus. Dan ternyata, anak saya dipukuli oleh enam orang kawannya di sekolah," tuturnya.
Mendengar informasi itu, Santi dan suaminya, Adi Syahputra, mendatangi sekolah MIA. Mereka ditemui kepala sekolah.
Akan tetapi, sang kepala sekolah mengaku tidak mengetahui soal penganiayaan tersebut.
Kepala sekolah juga meminta Santi dan keluarga agar tidak menceritakan kejadian ini kepada orang lain.
"Kami bertanya kepada pihak sekolah kenapa tidak ada pengawasan di sekolah ini. Kata kepala sekolah, jangan kemana-mana dulu. Besok orang tua akan panggil," jelasnya.
Kemudian, setelah kepala sekolah bertemu dengan para orangtua dari murid-murid yang diduga menganiaya MIA, kepala sekolah berkata akan mencari kebenaran soal peristiwa itu.
Hanya saja, tutur Santi, setelah itu kepala sekolah malah mengancamnya.
"Setelah itu kepala sekolah dan orangtua murid yang diduga memukuli anaknya bilang bahwa tidak mungkin anaknya memukuli MIA. Sontak kepala sekolah bilang, ‘Kalau gak senang, lapor aja ke polisi’. Kalau tidak benar ini, kepala sekolah akan melaporkan saya ke polisi juga," terangnya.
Merasa tidak puas dengan jawaban kepala sekolah, Santi dan suami lantas melaporkan dugaan penganiayaan anaknya ke Polres Binjai.bv24(Red)