Viral Video Kapolres Nunukan Hajar Anak Buahnya, Begini Akibatnya
Potongan gambar dari rekaman CCTV Polres Nunukan yang memperlihatkan Kapolres Nunukan AKBP Syaiful Anwar menghajar anak buahnya.
NUNUKAN, BHINNEKANEWS71.Com -- Sebuah video viral di media sosial memperlihatkan seorang polisi yang diduga Kapolres Nunukan AKBP Syaiful Anwar menendang dan memukul salah satu anak buahnya.
Video berdurasi 43 detik itu hasil rekaman CCTV pada 21 Oktober 2021 pukul 12.32 saat acara bertitel Baksos Akabri 1999 Peduli di Aula Polres Nunukan.
Dalam video itu terlihat seorang polisi muda berdiri di dekat meja yang di atasnya terdapat tumpeng. Di belakangnya ada seorang perempuan berjilbab berusaha menggeser meja itu. Namun, polisi tersebut seolah telat mengetahui ada perempuan yang berupaya menggeser meja.
Walakin, polisi itu langsung membantu mengangkat meja tersebut seraya memasukan handphone ke dalam kantong celana. Tiba-tiba, dari arah depan ada Kapolres Nunukan AKBP Syaiful Anwar menerjang.
Perwira menengah Polri itu menendang anak buahnya dengan kaki kanannya. Tak berhenti di situ, Syaiful memukul wajah anak buahnya yang sudah kesakitan akibat ditendang.
Polisi yang kena bogem mentah itu pun bersimpuh, seperti menahan rasa sakit. Ternyata Syaiful masih melanjutkan aksinya. Dia menjejak lengan kiri polisi yang sudah terlihat kesakitan. Namun, sejauh ini alasan Syaiful menghajar anak buahnya belum diketahui. Akan tetapi, Polda Kalimantan Utara langsung bergerak.
Kabid Humas Polda Kalimantan Utara Kombes Budi Rachmat mengaku telah memperoleh informasi soal itu. “Benar (video dari peristiwa di Polres Nunukan, red),” ujarnya ketika dikonfirmasi, Senin (25/10).
Menurutnya, sudah ada tindak lanjut atas kasus itu. “Dilakukan tindakan,” kata Budi. (cuy/jpnn)
Oknum Aparat yang Merusak Fasilitas Rumah Sakit Nunukan Ternyata Satlantas, bukan Brimob
NUNUKAN, BHINNEKANEWS71.Com - Seorang oknum aparat dari Satlantas, harus menjalani pemeriksaan Propam Polres Nunukan.
Ini merupakan buntut aksinya yang mengamuk dan menerobos ruangan perawatan di RSUD Nunukan lengkap dengan senjata api (senpi) laras panjang, Minggu (15/8/2021), sekira pukul 21.00 Wita.
Oknum aparat itu mengamuk lantaran menuding RSUD Nunukan telah ‘mengcovidkan’ mertuanya berinisial BH (51) yang telah meninggal dunia pada malam itu juga.
Kapolres Nunukan AKBP Syaiful Anwar membenarkan adanya kejadian tersebut.
“Yang bersangkutan dalam penanganan Propam. Dia dari Satlantas Polres Nunukan. Yang jelas, yang bersangkutan pasti ada sanksinya secara disiplin. Nanti disesuaikan secara proporsional dengan situasi dan kondisinya,” jelasnya.
Menurutnya, aksi nekat oknum tersebut dipicu mertuanya yang meninggal dunia karena Covid-19. “Jadi, dia emosi, karena keluarga menyakini almarhum meninggal karena penyakit jantung,” tambahnya.
Dia menjelaskan, anggotanya tersebut baru saja kembali dari tugas pengamanan di lokasi konflik PT KHL, sehingga senpi yang dibawa saat itu belum sempat digudangkan.
Sementara akibat insiden ini, pihak rumah sakit kini melakukan investigasi menyeluruh terhadap pasien yang terpapar Covid-19 dan meninggal pada Minggu (15/8/2021) malam.
Humas RSUD Nunukan, Khairil mengatakan, oknum aparat sempat berteriak mencari-cari dokter yang merawat mertuanya. Bahkan, ada beberapa fasilitas rumah sakit yang rusak atas kejadian tersebut.
Dia menceritakan kronologi awal, pasien itu masuk RS sejak tanggal 7 Agustus. Pasien dijadikan suspek.
Tanggal 14 Agustus, pasien tersebut dinyatakan positif Covid-19 berdasarkan pemeriksaan swab PCR.
“Jadi, awalnya ditempatkan di ruang Cempaka. Namun keluar PCR dan terjadi penurunan kondisi, mau tidak mau kita pindahkan ke ICU Pinere. Dua hari di Pinere, pasien ini meninggal tanggal 15 Agustus. Pasien ini ada penyakit komorbid yakni paru, DM dan jantung,” terangnya kepada Koran Kaltara, Senin (16/8/2021).
Menurutnya, ada beberapa protap yang telah dilakukan RSUD sesuai dengan SOP yang berlaku. Termasuk meminta persetujuan keluarga agar dilakukan penindakan.
“Hari ini (kemarin) kita akan melakukan investigasi menyeluruh. Mulai dari awal pasien ini masuk, hingga beliau meninggal,” bebernya.
Saat oknum aparat itu mengamuk, kata dia, semua dokter dan perawat yang bertugas di ruangan itu sedang sibuk menangani pasien yang pada malam itu kondisinya memburuk. “Jadi, nggak ada yang jawab karena lagi sibuk,” bebernya.
Mengenai tudingan pihak keluarga pasien bahwa RSUD ‘mengcovidkan’ keluarganya, kata dia, bukan rumah sakit yang menentukan terpapar atau tidak.
“Itu kan hasil lab. Sekarang kalau kita berbicara tidak percaya proses hasil lab, siapa lagi yang kita percaya. Ini yang kita sayangkan adanya isu itu, saya juga sempat dengar. Sekarang, Ngapain juga kita mau mengcovidkan pasien, apa keuntungannya bagi kami? Ini persoalan nyawa tidak dipermainkan,” tegasnya.
Langkah sementara, pihak RSUD, akan melaporkan kepada Pemkab Nunukan sebagai pemilik RSUD Nunukan.
“Nantinya kita tunggu perintah dari pemkab seperti apa baru kita lakukan. Yang jelas kita mulai investigasi,” pungkasnya.
Mengenai permintaan rekam medik dari pihak keluarga yang tidak diberikan pihak rumah sakit, ditegaskannya memang sudah menjadi aturan dalam UU Kedokteran.
“Kecuali atas perintah pengadilan baru kita keluarkan. Beda kalau resume-nya bisa kita serahkan, tanpa diminta kita serahkan. Kan biasa seperti itu, setelah selesai semuanya baru kita berikan. Nah, kejadian ini baru semalam jadi belum sempat kita keluarkan,” pungkasnya. (*/red)