JAKARTA, BHINNEKANEWS71.Com – Formasi gerbong teras Polri, diperkirakan segera beringsut lantaran pada 25 Oktober 2021 terdapat pejabat berpangkat jenderal bintang tiga yang sampai pada usia pensiun.
Pemerhati budaya dan kepolisian dari Pusat Studi Komunikasi Kepolisian (PUSKOMPOL), Minggu (17/10/21) di Jakarta mengatakan, kendatipun harus ada pergantian pejabat, tampaknya kepemimpinan Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo, tetap akan menganut “lingkar harmoni” meng komposisikan lulusan Akpol di teras Polri.
“Tak jauh-jauh dari ‘gaya Presiden’ lah. Pergantian di teras Polri itu, tentu saja berefek pada pergeseran atau malah pergantian person di jabatan-batan lainnya seperti Asisten Kapolri, staf ahli, dan kapolda,” prediksi Suryadi yang yakin SDM Jenderal Polri punya kapasitas untuk mengisinya.
Tentang “lingkar harmoni”, jelas Suryadi, dapat disimak pada sejumlah mutasi pejabat Polri sejak 27 januari 2021 Sigit menjadi Kapolri. Terlihat Di luar Wakapolri, di layer pertama (Kepala Badan) dan kedua (asisten dan staf ahli) di Mabes Polri, sampai saat ini para lulusan Akpol 1987, 1988, 1989 diakomodasikan dengan baik.
Sementara dari angkatan yang jauh lebih muda bertebar di Polda-polda di antara para seniornya. Bahkan, dari lulusan Akpol 1996 sudah ada yang berpangkat Brigjen dan kini menjadi Wakapolda Sulut mendampingi seniornya (1988A), Irjen Pol. Nana Sijana. Ia ada lah Brigjen Johnny Edison Isir, Seperti halnya Sigit, ia pernah pula menjadi ajudan Presiden Jokowi.
Selain “lingkar harmoni”, Suryadi memerkirakan, Kapolri Sigit juga akan mempertimbangkan matang-matang dari sudut usia sehingga di lingkar teras Polri, baru dua atau tiga tahun ke depan akan ada yang pensiun.
“Jika konsisten seperti itu, tentu Jenderal Sigit masih akan mempertahankan ‘lingkar harmoni’ plus pertimbangan usia. Ia masih butuh dukungan kematangan dan kearifan para senior di lingkar dekatnya,” kata Suryadi.
Sebagai Kapolri, tentu Sigit kini adalah satu-satunya jenderal polisi bintang empat. Dari segi kelulusan Akpol, dia paling junior (1991). Perjalanan karir putra seorang perwira TNI AU asal Jawa kelahiran Ambon, Maluku, 5 Mei 1969, lebih pendek ketimbang para senior di sekelilinginya.
Akan tetapi, tentu Presiden dengan hak prerogatifnya punya pertimbangan tersendiri dalam menempatkan Sigit sebagai Kapolri/ penanggung jawab tertinggi bidang keamanan di bawah Presiden.
“Tentu, untuk menjadi Kapolri, tidak cuma atas pertimbangan senioritas kelulusan Akpol dan perjalanan karir. Ada kemistri yang berkelindan dengan pertimbangan posisi Presiden sebagai pemimpin Negara yang dipilih oleh proses politik,” kata Suryadi.
Sebagai seorang junior di tengah-tengah para seniornya, tentu Sigit juga mempertimbangkan matang-matang soal pentingnya harmoni tanpa mengabaikan hal yang bersifat standar karir.
“Seperti juga Presiden, hal serupa telah ia jalankan dalam melakukan mutasi-promosi pejabat teras di Mabes Polri,” Wasekjen Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN).
Saat ini para pejabat teras yang melingkari Kapolri (selain Wakapolri Komjen Pol. Dr. Gatot Edy Pramono, lulusan Akpol 1988 [A], putra Jawa kelahiran Solok, Sumbar, 28 Juni 1965), ada seniornya, Irwasum Komjen Pol. Drs. Agung Budi Maryoto, M.Si (1987, putra Cilacap jateng, 19 Februari 1965); Kalemdiklat, Komjen Pol. Prof. Dr. Rycko Amelza Dahniel (lulusan terbaik/ peraih Adhimakayasa Akpol 1988 [B], Bogor, Jabar, 14 Agustus 1966).
Adhimakayasa 1989
Sementara itu Komjen Pol. Drs. Paulus Waterpauw, laki-laki asal Fakfak, Papua yang kini menjabat Kabaintelkam, genap berusia 58 tahun pada 25 Oktober 2021. Waterpauw adalah lulusan Akpol 1987 seangkatan Prof. Tito Karnavian, Ph.D yang kini Mendagri.
Selain itu ada Komjen Pol. Drs. Arief Sulistyanto, putra Nganjuk, Jatim, 24 Maret 1965. Rekan seangkatan Waterpauw dan Tito (Akpol 1987) ini, kini menjabat Kabaharkam. Dari Akpol 1989, ada Komjen Pol. Drs. Agus Andrianto, S.H., M.H, laki-laki kelahiran Blora, Jateng, 16 februari 1967, pada posisi penting sebagai Kabareskrim Polri.
Masih dalam “garis harmoni”, kata Suryadi, bukan mustahil Jenderal Sigit menarik seniornya untuk jabatan bintang tiga di layer pertama. Misalnya, Irjen Pol. Ahmad Dofiri, peraih Adhimakayasa Akpol 1989, kini Kapolda Jawa Barat. Laki-laki asal Indramayu, Jabar ini, sebelum menjadi Kapolda Jabar adalah Aslog Kapolri. Perwira tinggi yang matang pengalaman memimpin wilayah ini, juga tercatat pernah menjadi Kapoda DIYogyakarta dan Kapolda Banten.
Bila dilihat kelulusan Akpol seangkatan Sigit (1991), ada yang kini Kapolda. Di antaranya adalah Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol. Dr. H. Mohammad fadil dan Kapolda NTB, Irjen Pol. Drs. M. Iqbal, M.Si, Ketua Alumni Akpol 1991.
Ada pula dari lulusan sekolah perwira wajib militer (1993), yaitu Irjen Pol Dr. Rudy Heriyanto Adi Nugoroho, Kapolda Banten. Mantan Kadiv Hukum Polri dan Direktur Reskrim Polda Metro Jaya, ini kelahiran Jakarta 17 Maret 1968. Selain itu juga Irjen Pol. Ahmad Luthfi, lulusan Sekolah Perwira Militer Sukarela 1989. Ia kelahiran Surabaya Jatim, 2 November 1966.
Di luar struktur institusi Polri masih ada sejumlah nama seperti Kepala BNN, Komjen Pol. Dr. Petrus Golose (1987, Manado, Sulut, 27 Nov 1965), Sestama Lemhanas, Komjen Pol. Drs. Purwadi Ariyanto, M.Si (1988B, Jakarta, 2 Oktober 1966), Sekjen Kemenkumham, Komjen Pol. Andap Budi Revianto (1988B, Jakarta, 23 Juni 1965), Sestama BIN, Komjen Pol. Drs. Sunarwibowo (1988), Malang, Jatim, 24 Mei 1966).
Diperkitakan, kata Suryadi, juga akan terjadi pada jabatan Kapolda selain Metro Jaya. Ini antara lain di Jawa dan Kalimantan. “Terutama yang sudah mendekati setahun sampai dua tahun lebih menjadi Kapolda,” prediksi Suryadi. (*/Red)